Indonesia masih butuh 9000 guru TIK

Alihfungsi tugas pada kurikulum 2013 menjadikan Indonesia kekurangan guru TIK dan guru produktif SMK.


Sejak awal logikanya sederhana saja:

jika Indonesia menghapus begitu saja mata pelajaran TIK lalu membiarkan para guru TIK kehilangan jobnya, berarti Indonesia ingin menarik diri dari era tumbuh-kembangnya informasi dan teknologi saat ini. Itu impossible.

Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dihapus di Kurikulum 2013 memang menjadi gejolak yang banyak mendapat kecaman. Guru pengajar TIK yang sudah mengajar merasa terdepak, terbuang, tersisihkan. "Sakitnya tuh di sini" ratap seorang kawan dengan gesture tangan sedang mengurut dada.

alih fungsi guru TIK

Namun inilah bantahan pemerintah tentang situasi ini:
Indonesia sesungguhnya kekurangan banyak guru TIK

berapa banyaknya guru TIK yang dibutuhkan?


Dari data di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terlihat bahwa kekurangan guru TIK yang paling menonjol yaitu pada jenjang SMP.

Kebutuhan ideal guru TIK di jenjang SMP bagi semua rombongan belajar di seluruh Indonesia mencapai 37.007 orang.

total guru TIK yang ada saat ini berjumlah 28.042 dengan rincian:

  • 7.914 orang dengan status PNS
  • 4.895 orang guru tetap yayasan
  • 15.233 orang guru honorer


Berarti Indonesia masih kekurangan guru TIK sebanyak 8.965 orang.

apa fungsi guru TIK sekarang?

Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Ditjen Dikdas Kemendikbud Sumarna Surapranata menegaskan bahwa, dihapusnya mata pelajaran TIK tidak serta erta menjadikan guru-guru TIK yang sudah mengajar akan kehilangan pekerjaan.

Berdasarkan aturan yang dikeluarkan Kemendikbud, guru TIK dialihfungsikan sebagai guru bimbingan konseling (BK) dengan tugas membantu siswa atau sesama guru berkaitan dengan urusan TIK. Alihfungsi tugas inilah yang justru akhirnya menyebabkan kebutuhan guru TIK menjadi sangat besar. Sebab mereka akan mendapat beban tugas untuk membimbing atau membina paling sedikit 150 orang siswa.

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo menambahkan bahwa kekurangan tersebut di samping guru di bidang TIK juga terjadi pada guru-guru produktif di jenjang SMK.